Bermacam-macam reaksi timbul terhadap
teori Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial dan agama. Hingga
saat ini teori Malthus masih dipersoalkan. Pada dasarnya
pendapat-pendapat terhadap teori Malthus dapat dikelompokan sebagai
berikut :
Over Population |
Teori Malthus salah sama sekali
Golongan ini menganggap Malthus
mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal, perencanaan
produksi. Terhadap golongan yang tidak setuju, Malthus menjawab bahwa :
- Tingkat pengembangan teknologi tidak sama diseluruh negara
- Kemampuan yang berbeda-beda untuk mengadakan penanaman modal.
- Faktor kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural.
- Masalah urbanisasi yang terdapat dimana-mana
- Taraf pendidikan rakyat tidak sama
- Proses-proses sosial yang menghambat kemajuan
- Faktor komunikasi dan infrastruktur yang belum sama peningkatannya
- Faktor-faktor sosial ekonomi serta pelaksanaan distribusinya
- Kemampuan sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana tidak dapat ditingkatkan lagi.
- Masih banyak faktor lagi yang selalu tidak menguntungkan bagi keseimbangan peningkatan penduduk dengan produksi bahan-bahan sandang pangan
Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara barat, tetapi masih berlaku bagi negara-negara Asia.
Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa.
Penganut golongan ini setuju dengan
Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus
ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai
tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan)
adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju
cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth
control dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pengikut-pengikut teori Malthus antara lain :
1) Francis Place (1771 – 1854)
Pada tahun 1882 menulis buku yang berjudul Illustration and Proofs of the population atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa pemakaian alat kontrasepsi tidak menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur untuk kesehatan. Kemiskinan dan penyakit dapat dicegah.
2) Richard Callihie (1790 – 1843)
Ia menulis buku yang berjudul “What Is Love”, apakah cinta itu menurut dia – Mereka yang berkeluarga tidak perlu mempunyai jumlah anak yang lebih banyak dari pada yang dapat dipelihara dengan baik.
- Wanita yang kurang sehat tidak perlu menghadapi bahaya maut karena kehamilan
- Senggama dapat dipisahkan dari ketakutan akan kehamilan
3) Any C. Besant (1847-1933)
Ia menulis buku yang berjudul “Hukum Penduduk, akibatnya dan artinya terhadap tingkah laku dan moral manusia”
4) dr. George Drysdale (1825 – 1904).
Ia
berpendapat bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan
kesehatan dan moral. Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk
menegakkan moral masyarakat.
Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)
Karl Max |
Aliran ini tidak sependapat dengan
Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl
Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham
Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya
paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak
dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah
pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi
kecepatan pertumbuhan penduduk.
Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu
negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan
terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga
berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk
yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan
penduduk.
Pendapat Aliran Marxist
- Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
- Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
- Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai
diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan
tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk
mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif
Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah
diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti
sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan
makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan
bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa
kapal tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
- Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
- Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
- Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow
(1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara
variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri,
sumber daya alam) dan polusi.
Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak
dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi
pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
Kritikan terhadap Meadow umumnya
dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak mencantumkan
variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan
Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan
lingkungan antar kawasan.